Mraz Addicted

Udah lama pingin nulis ini, akhirnya bisa juga. Okelah kalo begitu gak usah panjang lebar, aku gak mau munafik kalo aku suka (banget) sama Jason Mraz. Suka dalam arti hubungan artis dan fans yang pastinya. Aku suka karya2nya, menurutku itu sebuah masterpiece tak ternilai. I like everything ‘bout him cause I’m Mraz Addicted. Kalo diterjamahin jadinya ‘Kecanduan Miras’. Hehe :)

Pertama kali tahu Jason Mraz pas kelas 2 SMA. Itu aja tahunya secara gak langsung lewat temen kelasku yang namanya Della. Tiap hari pasti deh dia dengerin lagu-lagunya Jason pake headset. Waktu itu yang lagi ngetop I’m Yours. Si Della ngefans banget sama Jason Mraz sampe bela2in datang ke konsernya di Java Jazz.

And I thought what’s special thing he has? Ini karena waktu itu belum ada chemistry antara musik2nya Jason sama aku. Nah, mulai suka pas prom night perpisahan SMA. Waktu itu penyanyi yang ngisi acaranya nyanyiin lagu Jason. Sumpah keren banget! Sejak itu aku baru tahu, HIS SONG IS SO SPECIAL.

"I think there is so much life to be lived and learned, especially when you are asleep. And the things you can do are boundless compared to this simple life.” – Jason Mraz

Jason Tomas Mraz mulai berkarier tahun 2002 dengan ngeluarin debut albumnya, “Waiting for My Rocket to Come.” Trus berturut2 tahun 2005 dan 2008 dia ngeluarin album lagi yang diberi nama “Mr. A-Z” dan “We Sing, We Dance, We Steal Things.” Dua-duanya laku keras di pasaran sampe ke internasional. Dan aku sepakat kalo dua2nya emang keren abis!!

Yang aku kagumi dari sesosok Jason Mraz ada banyak hal. Pertama dari lagunya. Gak bisa diganggu gugat kalo semua lagunya mantap cuy! kalo diurutin aku paling suka Love For A Child, If It Kills Me, Only Human, Did You Get My Messege, Live High, pokoknya hampir semua dah. Trus performance nya. Tiap dia nyanyiin lagu2nya secara live pasti hasilnya 101% lebih bagus dari lagu2nya di kaset rekaman. Buktiin aja!

Trus karena personality nya juga. Dia orangnya simple dan gak neko-neko. Dia juga rendah hati. Itu yang terpenting bagi seorang publik figur. Yang terakhir karena kisah hidupnya. Jason adalah korban perceraian orang tuanya ketika berusia 4 tahun, makanya dia nyiptain Love For A Child. Terharu banget dengerinnya kaya lagi curhat sendiri.

Kutipan interview sebuah media internet dengan Jason Mraz:

If this were a perfect world. Where would you be and what would you be doing?
"I've had this one before. I'd be right here doing this. It is a perfect world somewhat and we all have the power to be and do what we choose. There is nowhere I'd rather be and no name I'd rather call myself."

Sampe sekarang aku masih kecanduan berat sama lagu-lagunya Jason. Kalo mau makan, belajar, tidur, mandi, sampai boker pun pasti harus nyetel lagunya Jason. Rasanya ada yang ilang kalo gak dengar. That’s why I called this with “Addicted” :)

Jason Mraz in my words: his song is in my heart, his song is in my breath, his song is in my life.

Garuda Kebanggaanku

Udah tahu dong kalo Indonesia lagi jaya2nya di AFF 2010. Yup, pertandingannya seru banget. Gimana gak seru, lawan-lawan Indonesia selalu dikalahkan dengan skor telak. 5-1 dengan Malaysia dan 6-0 dengan Laos. Jiwa nasionalisme langsung muncul nih :)

AFF ini adalah kejuaraan sepak bola bergilir antar negara2 di Asia Tenggara. Sejak pertama digelar sampai sekarang Indonesia belum pernah jadi juara. Untuk AFF sebelumnya dimenangkan oleh Singapore. Moga2 aja AFF tahun ini Indonesia bisa lolos ke semifinal, final, trus menang!

Garuda di dadaku

Garuda kebanggaanku

Ku yakin hari ini pasti menang

(Garuda di dadaku-Netral)


PS: salut buat Irfan Bachdim dan Christian Gonzalez. Two thumbs up!

Polemik Pajak Warteg

Akhir2 ini ada isu kontroversial tentang kebijakan pemda DKI yang mau dicanangin. Isu itu gak lain gak bukan adalah pengenaan pajak atas warung tegal a.k.a warteg. Di salah satu sisi ada orang yang nolak dan di sisi lain ada yang dukung. Honestly, aku ada di pihak mendukung. Bukan karena aku kuliah di STAN trus jadi dukung, tapi karena ada beberapa hal yang menurutku ada benarnya.

Yang pertama, pajak warteg ditujukan untuk warteg atau sejenisnya yang omset per bulannya Rp 60 juta. Menurutku ini rasional, karena pembebanan pajak dikenakan atas pengusaha yang omsetnya di atas batas minimum pengenaan pajak. Jadi buat warteg kecil2an gak bakal kena. Prinsipnya gini deh, kalo lu kaya lu harus mau bayar pajak. Karena fungsi pajak buat memeratakan perekonomian.

“Kalo lu kaya lu harus mau bayar pajak. Pajak itu untuk pembangunan bangsa.”

Trus ya itu tadi, balik lagi ke fungsi pajak. Pajak itu untuk pembangunan bangsa. Jadi penting banget untuk jalanin kebijakan2 yang ingin dicanangkan pemerintah. Misalnya untuk buat jalan, buat jembatan, atau beri subsidi, itu semua sumbernya dari pajak. Malah ada suatu negara nih yang hidupnya sebagian besar bergantung pada pajak.

Nah, mulai sekarang kalo kita dikenakan pajak jangan protes dulu, ingat lagi kalo kita bayar pajak berarti kita berkontribusi terhadap pembangunan di bangsa ini. Tapi balik lagi, yang namanya kebijakan pasti ada yang pro dan kontra, dan itu wajar.

My Big Pal

“Siapa yang keberatan?” tanya dosen. “ADNAAAN” seru teman-teman sekelas. Itu salah satu kata yang bagi temenku, Adnan, ngerasa pas buat gambarin dirinya. Sebelum lanjut ke topik utama, aku mau cerita dulu nih siapa itu Adnan. Dia itu temen kosanku yang bisa dibilang paling dekat. Secara kita mahasiswa dari kota yang sama. Jadi pertama kali ngekos, orang pertama yang ngajak kenalan ya dia. Karena dah lama akrab, kita jadi punya panggilan sendiri2. Aku panggil dia Nunung, dia panggil aku Awi. Dari mana asal panggilan itu? Just we know.

Physically, Nunung emang kelihatan chubby (baca:gendut) Piss Nung :) Tapi di sini aku gak akan menyudutkan Nunung dan bangsanya. Yakin deh, aku bakal dipecat jadi temennya.

Oke, sebenarnya apa sih yang salah sama orang gendut? Mereka sebenarnya sama seperti kita, punya otak, punya hati, punya perasaan. Cuma mereka diberi sedikit kelebihan di berat badannya. Dengan kata lain berat badan mereka di atas berat badan ideal. Jadi, jawabannya gak ada yang salah. Kita aja yang sirik sama kelebihan mereka.

“Sebenarnya apa sih yang salah sama orang gendut? Mereka sebenarnya sama seperti kita, punya otak, punya hati, punya perasaan.”

Nunung sering curhat sama aku tentang masalahnya. Lebih tepatnya masalah tentang berat badannya. Jadi ada beberapa kerjaan yang gak bisa dilakukan karena berat badannya. Aku cuma bisa beri support aja. Abis kasihan juga T_T

Buat aku, masalah obesitas itu bukan semacam bahan olokan. Seharusnya yang kita lakukan adalah membantu mereka supaya tidak semakin terhina. Ada penilitian yang nyebutin nih kalo seseorang menilai dirinya dari ejakan-ejakan orang di sekelilingnya. Jadi kalo ejekannya negatif, dia akan semakin merasa seperti memiliki sifat negatif itu. Jangan sampe dah!

“Masalah obesitas itu bukan semacam bahan olokan. Seharusnya yang kita lakukan adalah membantu mereka supaya tidak semakin terhina.”

Buat aku ketika menilai sesorang jangan lihat dari luarnya tapi dari isi otaknya. Contohnya nih si Nunung, walopun chubby tapi kecerdasannya, beuh jangan ditanya, cumlaude punya.

Bagi orang-orang yang kaya temanku nih, jangan pikirin deh apa yang orang lain bilang ke kalian. kalian itu sebenarnya hidup di dunia cuma dikasih satu kekurangan aja, yaitu obesitas, syukur2 kalian masih bisa ngelihat, bisa denger, bisa jalan, gak seperti temen-temen kita yang cacat fisik permanen. Jadi tetap jalanin hidup layakanya yang orang lain lakukan. For my big pal, you’re always my best friend whatever they said to you.

Diminishing Marginal Return

Masih mabok mikro nih setelah kemarin ngerjain soal UTS yang diluar ekspektasi. Tapi aku gak akan bahas masalah UTS di sini, aku mau bahas hal lain. Nah seperti yang udah aku jelasin di postingan Seminggu Lagi, mikro ini pelajarannya banyak banget teori. Dari sekian banyak teori itu, kayanya yang paling populer ya teori permintaan sama penawaran. Secara teori ini udah diberikan di tingkat SMA. Tapi apakah ada yang pernah dengar teori diminishing marginal return? Yup, aku mau cerita dikit mengenai hal itu.

Teori diminishing marginal return dalam buku teks mikro artinya hasil yang semakin menurun akibat penambahan jumlah input tertentu. Contohnya gini deh, sebuah ‘perusahaan pembuat kursi’ memiliki modal sebesar 50 unit bahan baku kayu yang jumlahnya tetap dan jumlah pekerja sebanyak 5 orang yang bisa diubah-ubah. Perusahaan memutuskan menambah 5 karyawan sehingga jumlah kursi yang dihasilkan meningkat. Tapi ketika perusahaan memberi 5 karyawan tambahan lagi ternyata jumlah kursi yang dihasilkan bukannya naik tapi malah turun. Artinya dengan menambah jumlah pekerja menjadi 15 orang, perusahaan tidak bisa beroperasi dengan efektif.

Ternyata kita bisa belajar dari teori itu. Coba pikir deh sifat perusahaan itu sebenarnya mirip dengan sifat manusia. YA! harus diakui kita punya sifat yang gak pernah puas (baca:serakah). Walaupun kita udah diberi rejeki yang lebih dari cukup, tapi tetep aja kita masih ngerasa kurang. Coba bayangin deh nasib orang-orang yang gak punya rumah, pakaian, dan uang buat beli makan. Nasib mereka tidak sebaik kita, tapi mereka bisa jalanin hidup dengan ikhlas. Tapi kita? Kita masih aja ngeluh ini-itu kalau barang2 kita jelek dan pingin beli lagi yang lebih ‘mahal’ atau ‘bagus’. Setelah udah bisa beli barang yang kita mau, masih aja pingin beli sesuatu yang lebih lagi.

“Coba bayangin deh nasib orang-orang yang gak punya rumah, pakaian, dan uang buat beli makan. Nasib mereka tidak sebaik kita, tapi mereka bisa jalanin hidup dengan ikhlas."

Akibat dari keserakahan itu, kita hidup cuma demi harta dan tahta. Akhirnya derajat iman kita menurun di mata Allah karena hanya mementingkan urusan duniawi. Sama seperti penurunan jumlah kursi yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak harta yang dikejar, semakin jauh diri kita sama Yang Maha Kuasa.

Nah, mulai dari sekarang syukuri apa yang udah kita miliki. Jangan hanya karena gengsi, kita jadi beradu kekayaan satu sama lain. Gak ada gunanya, yang ada malah uang kita terbuang sia-sia. Kalau aku sih mending buat beli buku Mikroekonomi, hehe :)

Love Your Son and Daughter

Lagi suka sama salah satu lagunya Jason Mraz nih. Judulnya Love for A Child. Udah gak keitung lagi dah berapa banyak aku putar di music player. Lagu ini sebenarnya dah release dua tahun yang lalu. But you know me. I’m Mraz Addicted.


Video ini diupload oleh Darwin di Youtube
. Thanks Darwin. It's nice video :)
“What about taking this empty cup and filling it up. With a little bit more of innocence. I haven't had enough, it's probably because when you're young it's okay to be easily ignored. I like to believe it was all about love for a child”- Jason Mraz from Love for A Child.

Maknanya daleeem banget dah. Pesan lagu ini lebih pas ditujukan buat para orang tua sebenarnya. Tapi buat para calon orang tua (aku nih ceritanya), berilah perhatian yang cukup dan kasih sayang buat anak-anak kita kelak.

Motto Menuntun Kesuksesan


Apa sih pentingnya motto? Menurutku penting. Well, dengan motto seseorang memiliki motivasi lebih besar untuk mengerjakan suatu hal dibanding yang gak punya. Contohnya gini deh, Mr X adalah seorang pengusaha. Ia memiliki motto “waktu adalah uang”, otomatis ia menjadi punya semacam semangat untuk bekerja. Semua waktu ia manfaatkan dengan baik untuk melakukan hal yang produktif. Efeknya tentu aja ia dapat menghasilkan uang. Artinya mottonya berhasil menuntun kesuksesan dalam kariernya.

Nah itu contoh sederhana, sekarang yang real nih. Masih tentang Asian Games 2010. Aku mau bahas salah satu negara pesertanya, yaitu Korea Selatan. Saat ini Korsel adalah negara berkembang yang lagi maju-majunya. Kita bisa sebutin perusahaan-perusahaan Korsel yang udah mendunia, seperti LG, Hyundai, Samsung, dll. Mau tahu apa motto negara itu? That’s just simple words. “Gak lebih baik dari China gak papa asalkan bisa lebih baik dari Jepang.” Dan tahu sekarang apa hasilnya, ekonomi negara tersebut maju pesat mendekati Jepang dan yang lebih jelas nih di Asian Games mereka mengungguli Jepang dalam hal perolehan medali walaupun masih di bawah China, LOL. Terbukti dengan motto kita bisa membalik keadaan, yang dulunya gak bisa menjadi bisa, yang dulunya ketinggalan menjadi yang terdepan.

“Motto negara Korea Selatan is just simple words. Gak lebih baik dari China gak papa asalkan bisa lebih baik dari Jepang.”

Mottoku sih simple aja “Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok harus lebih baik dari hari ini.” Dengan motto ini, aku pingin buat hari-hariku menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Tapi jangan lupa satu hal, ketika sudah punya motto, pegang teguh motto itu sebaik mungkin. Karena ada beberapa orang yang punya motto bagus tapi gak bisa menerapkannya dengan baik. So, let your motto lead your success.

Asian Games Story


“Indonesia! Indonesia!” Yel-yel itulah yang biasanya diteriakkan supporter Indonesia ketika atletnya sedang bertanding di event olahraga internasional. Gak kecuali nih yang masih hangat-hangatnya digelar, yaitu ASIAN GAMES 2010. Asian Games ini sebenarnya merupakan event olahraga mirip olimpiade yang diikuti negara2 di Benua Asia. Jadi ada banyak cabang olahraga yang dipertandingkan. Asian Games tahun 2010 diselenggarakan di Guangzhou, China. Indonesia sendiri pernah menjadi tuan rumahnya pada tahun 1962 dimana saat itu Indonesia menduduki peringkat ke-2 peroleh medali. Kalo peringkat teratas untuk tahun ini jelas dong masih diduduki oleh sang juara bertahan, China.

Walaupun aku gak nonton secara langsung, aku bisa ngerasain kok perjuangan berat yang udah dilakukan atlet-atlet kita. Aku agak tersinggung, kalau ada orang yang bilang atlet kita payah-payah. Emang sih peringkat Indonesia semakin lama semakin turun, tapi coba pikir dulu deh mereka di sana udah berusaha semaksimal mungkin. Coba sekarang orang-orang yang bisanya cuma kritik itu yang turun ke lapangan, apakah mereka bisa berbuat lebih baik dari para atlet? Kalau aku boleh komentar, kesalahan bukan pada atletnya tapi pada sistem pembinaannya yang menurutku kurang digarap secara maksimal.

“Aku agak tersinggung, kalau ada orang yang bilang atlet kita payah-payah. Coba sekarang orang-orang yang bisanya cuma kritik itu yang turun ke lapangan, apakah mereka bisa berbuat lebih baik dari para atlet?”

Terlepas dari itu semua, atlet Indonesia merupakan pahlawan bangsa. Kok bisa? Ya iyalah, mereka bertanding di sana dengan mempertaruhkan nama bangsa. Jadi semakin berjaya mereka di sana, kita yang di tanah air cuma duduk manis di depan tv, pasti turut bangga juga dengan bangsa kita. Gak cuma atlet aja yang layak disandang pahlawan bangsa, rakyat-rakyat Indonesia yang mengharumkan nama bangsa lewat prestasi-prestasi lain di luar olahraga menurutku juga pantas mendapatkan gelar pahlawan. Mereka semua adalah aset bangsa yang pantas diberi apresiasi. LOL

Let me pray for them. Semoga atlet-atlet Indonesia yang masih bertanding di sana bisa membawa pulang medali sebanyak-banyaknya ke tanah air. AMIIIIIIIIIIIN

Bekerja untuk Mengabdi Bukan Mencari Materi


Mau jadi dokter kek, jadi pengusaha kek, jadi pengacara kek, sah-sah aja asal jadikan profesi itu sebagai tugas untuk mengabdi, bukan untuk mencari materi. Itu yang sebenarnya aku ingin garis bawahi selama ini. Bekerja itu bukan main-main, gak hanya sekedar masuk terus dapat gaji. Kalo diistilahkan nih kaya masak tanpa dicicipi dulu hasil masakannya. Cuma masuk2in bumbu terus jadi deh makanannya. Jadi cuma mengharapkan hasilnya aja tanpa merasakan proses pembuatannya.

“Bekerja itu bukan main-main, gak hanya sekedar masuk terus dapat gaji.”

Sebagai mahasiswa di sekolah tinggi kedinasan, gak bisa dipungkiri kalo setelah lulus pasti akan kerja di lingkungan pemerintahan karena ada ikatan dinasnya. Jadi buat orang-orang yang motif kerjanya cuma mau gajinya aja harus pikir2 dulu sebelum masuk ke sini. Why? Secara gaji PNS pasti gak sebanding gaji pegawai swasta.

Gak cuma sampai di situ, di dalam lingkungan internal pemerintah pun ternyata masih aja ada kecenderungan2 mengejar gaji tinggi. Contoh konkritnya nih di STAN yang lulusannya akan ditempatkan di Ditjen2 di Kementerian Keuangan. Kebanyakan temen-temen Kebendaharaan Negara (khususnya kelasku) ngerasa kalo instansi resmi penempatan kami, yaitu Ditjen Perbendaharaan, gajinya masih kalah jauh dibanding Ditjen tertentu. Mereka malah pingin penempatan di instansi di luar Ditjen Perbendaharaan yang notabene bukan pelajaran spesialisasi kami.

Aku jadi ngerasa bete kalo memperdebatkan ini, apa sih pentingnya gaji? Ya emang, tanpa gaji kita gak bisa hidup layak, tapi menurutku gaji di Ditjen Perbendaharaan gak dikit2 banget. Minimal bisa buat makan sebulan lah. Jadi masalahnya ada pada PARADIGMA mereka yang nganggap kerja itu untuk dapat uang sebanyak-banyaknya. Gak ada seninya bro!

Mulai sekarang coba deh rubah prinsip-prinsip yang mengatakan aku mau kerja ini karena gajinya gede, aku mau kerja itu karena tunjangannya banyak, dsb. Hapus semua itu dari otak. Prinsip kerja itu sebenarnya untuk mengabdi. Jadi pas dijalanin akan terasa beda antara mana yang cinta pekerjaan sama mana yang cinta gaji. Dokter & pengacara kerja buat mengabdi ke masyarakat, bukan untuk mencari nafkah semata. Kalau PNS pastilah prinsip kerjanya untuk mengabdi pada bangsa dan negara.

“Prinsip kerja itu sebenarnya untuk mengabdi. Jadi pas dijalanin akan terasa beda antara mana yang cinta pekerjaan sama mana yang cinta gaji.”

Aku gak kecewa kalo misal setelah lulus nanti ditempatkan Ditjen Perbendaharaan. Aku rasa inilah tempatku, inilah tujuanku. Aku kuliah 3 tahun di STAN untuk belajar Kebendaharaan Negara bukan belajar yang lain. Jadi inilah keahlian kita bung!