Showing posts with label life. Show all posts
Showing posts with label life. Show all posts

#prayforjapan

Jumat, 11 Maret 2011. Gempa dan Tsunami menghantam Jepang Utara dengan dahsyat. Aku yang baru pulang ke rumah langsung kaget lihat berita itu dari tv yang ngabarin terus menerus. Ini bukan bencana kecil, ini adalah bencana terbesar yang menimpa negara sakura dalam 140 tahun terakhir. Gak bisa ngomong apa-apa lagi pas liat liputannya di tv. Ini semua terjadi atas kehendakNya dan di luar batas kemampuan kita. Aku percaya tujuan Allah memberi musibah adalah untuk membersihkan dosa-dosa yang telah diperbuat manusia atau bisa juga untuk menguji keimanan hambaNya. Yang bisa kita lakukan hanyalah mempersiapkan sebaik mungkin amalan kita sebelum menghadapNya. Semoga masyarakat Jepang tetap diberi kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.

Love What You Are Doing Now

Pekerjaan yang kita lakukan sekarang kadang enak kadang enggak. Atau bahkan lebih banyak enggaknya. Jadi apa sebenarnya yang ngebuat jadi gak enak? Itu semua karena diri kita sendiri. Yes, it’s true.

Mindset kitalah yang ngebuat sesuatu jadi gak seenak aslinya. Sebenarnya yang terpenting adalah kita mencoba dulu dan berusaha mencintai pekerjaan yang kita lakukan sekarang. Anyway, ini semua memang tentang cinta. Kalo udah cinta pekerjaan, hidup terasa lebih bahagia. Kuliah di stan sebenarnya bukan angan2ku. Tapi aku pikir2 lagi, ternyata banyak orang yang mau masuk sini dan penting juga pekerjaanku kelak. Dari situ aku mulai bersyukur dan berusaha mencintai apa yang aku lakukan saat ini.

“Anyway, ini semua memang tentang cinta. Kalo udah cinta pekerjaan, hidup terasa lebih bahagia.”

Dan aku pikir gak ada pekerjaan di dunia ini yang gak penting. Semuanya penting dan berharga, entah itu pelayan, kasir, tukang parkir, atau ibu rumah tangga sekalipun. Jadi mulailah hargai dan cintai apa yang kita lakukan saat ini.

Life is A Circle

Ada salah satu film almarhum Benyamin yang menurutku lucu tapi lucunya itu bisa kita petik pelajaran. Aku harap kalian tahu siapa itu Benyamin? Jadi gini, judul film itu Pitung. Dalam satu adegan, Si Pitung masuk kamar yang udah ada seorang cewek nunggu di dalamnya. Si Pitung ngomong “Sudah siap kamu?” Lalu buru2 si cewek teriak kencang “AAAAAAaaaaaaaa!!!” alhasil Pitung kaget bukan main. Ngomonglah dia, “DIIIAAAAM!! Nanti juga enak…”

Jangan berpikir ngeres dulu ya. Yang ingin aku tekanin dalam adegan ini adalah adegan ini ngajarin kita arti hidup. Hidup itu ntar juga bakal enak. Kenapa aku bisa bilang begitu? Excellent guys, hidup itu seperti lingkaran yang berputar. Adakalanya kita di atas tapi juga pernah di bawah.

“Hidup itu seperti lingkaran yang berputar. Adakalanya kita di bawah tapi juga pernah di atas.”

Sebenarnya kita bisa pertahanin posisi kita di atas. Yah walopun hidup ini berputar, kita bisa melakukannya. Yaitu dengan tetap berusaha dan jangan berhenti. Mau tetap kaya misalnya, terus kerja keras, ato pingin tetap pintar, belajar terus dengan maksimal.

Yang dihindari adalah berada terlalu lama di posisi bawah. Semua bakal setuju, itu karena kita malas. Entah itu malas bekerja, malas belajar, malas berusaha, ato yang lainnya. Pokoknya yang bisa dilakukan cuma bermimpi gak jelas tanpa melakukan satu pun tindakan.

“Yang dihindari adalah berada terlalu lama di posisi bawah. Semua bakal setuju, itu karena kita malas.”

Nah, seperti skenario Benyamin di filmnya, dia bilang “nanti juga enak”. Jadi gak menutup kemungkinan nih bagi yang sebelumnya di posisi bawah bisa naik ke atas. Caranya yaitu berhenti bermimpi-mimpi yang gak jelas itu dengan melakukan sebuah tindakan nyata dan yang terpenting lakukan secara maksimal. Banyak pengusaha sukses yang berasal dari bawah. Ada istilah from zero to hero juga kan. Jadi gak bohong apa yang dibilang Benyamin, nanti juga bakal enak :)


Discipline, Is It Easy?


Percaya ato enggak, disiplin merupakan suatu hal yang sulit banget dilakuin sama orang Indonesia. Beda sama orang Jerman atau Amerika yang terkenal sangat disiplin. Padahal kalo kita mau disiplin, semua kerjaan jadi gak keteteran dan gampang diselesaiin. Contoh sederhana aja deh, banyak orang yang gak bisa datang on time. Datang ke acara apapun pasti selalu telat, punya jam jadi gak ada gunanya karna bakal ngaret juga.

“Orang Amerika itu saking disiplinnya sampe gak mau ketinggalan kereta gara2 telat, makanya mereka sampe lari-lari ke stasiun. Padahal bagi saya (orang Indonesia) jalan ke stasiun ya nyantai aja dengan dalih kereta akan datang setiap 2 menit” - Trinity, penulis “The Naked Traveler”

Well, pernahkah kita terpikir perasaan orang yang udah nunggu kita? Kalo kita janji buat ketemuan jam berapapun itu, ya kita harus nepatin untuk datang jam segitu. Berlaku juga nih buat mahasiswa yang suka telat datang kuliah. Walopun dosen gak secara eksplisit ngungkapin perasaanya, dia akan ngerasa seperti gak dihargai. Buat dia, pelajaran yang akan diterangin gak begitu penting untuk mahasiswanya karena datang aja telat. So, never do that!

Intinya, kalo mau dihargai sama orang lain ya kita harus ngehargai mereka juga. Tentunya dengan datang tepat waktu. Gak boleh lebih tapi boleh kurang. Maksudnya kalo janjian jam 7 berarti kita datangnya jam 7 persis ato bisa juga kurang, misal 15 menit sebelumnya.

“Kalo mau dihargai sama orang lain ya kita harus ngehargai mereka juga”

Disiplin itu dimulai dari hal kecil. Contohnya ngehargai waktu itu tadi. Belajar tepat waktu, makan tepat waktu, dan mandi tepat waktu juga bentuk disiplin dari hal kecil. Tindakan yang indisipliner bisa nyebabin waktu kita terbuang cuma-cuma. Dan itu namanya korupsi waktu.

My suggestion, mulailah disiplin dari hal yang kecil, kalo masalah yang kecil aja gak bisa disiplin, gimana jadinya sama yang gede. Oke?

Diminishing Marginal Return

Masih mabok mikro nih setelah kemarin ngerjain soal UTS yang diluar ekspektasi. Tapi aku gak akan bahas masalah UTS di sini, aku mau bahas hal lain. Nah seperti yang udah aku jelasin di postingan Seminggu Lagi, mikro ini pelajarannya banyak banget teori. Dari sekian banyak teori itu, kayanya yang paling populer ya teori permintaan sama penawaran. Secara teori ini udah diberikan di tingkat SMA. Tapi apakah ada yang pernah dengar teori diminishing marginal return? Yup, aku mau cerita dikit mengenai hal itu.

Teori diminishing marginal return dalam buku teks mikro artinya hasil yang semakin menurun akibat penambahan jumlah input tertentu. Contohnya gini deh, sebuah ‘perusahaan pembuat kursi’ memiliki modal sebesar 50 unit bahan baku kayu yang jumlahnya tetap dan jumlah pekerja sebanyak 5 orang yang bisa diubah-ubah. Perusahaan memutuskan menambah 5 karyawan sehingga jumlah kursi yang dihasilkan meningkat. Tapi ketika perusahaan memberi 5 karyawan tambahan lagi ternyata jumlah kursi yang dihasilkan bukannya naik tapi malah turun. Artinya dengan menambah jumlah pekerja menjadi 15 orang, perusahaan tidak bisa beroperasi dengan efektif.

Ternyata kita bisa belajar dari teori itu. Coba pikir deh sifat perusahaan itu sebenarnya mirip dengan sifat manusia. YA! harus diakui kita punya sifat yang gak pernah puas (baca:serakah). Walaupun kita udah diberi rejeki yang lebih dari cukup, tapi tetep aja kita masih ngerasa kurang. Coba bayangin deh nasib orang-orang yang gak punya rumah, pakaian, dan uang buat beli makan. Nasib mereka tidak sebaik kita, tapi mereka bisa jalanin hidup dengan ikhlas. Tapi kita? Kita masih aja ngeluh ini-itu kalau barang2 kita jelek dan pingin beli lagi yang lebih ‘mahal’ atau ‘bagus’. Setelah udah bisa beli barang yang kita mau, masih aja pingin beli sesuatu yang lebih lagi.

“Coba bayangin deh nasib orang-orang yang gak punya rumah, pakaian, dan uang buat beli makan. Nasib mereka tidak sebaik kita, tapi mereka bisa jalanin hidup dengan ikhlas."

Akibat dari keserakahan itu, kita hidup cuma demi harta dan tahta. Akhirnya derajat iman kita menurun di mata Allah karena hanya mementingkan urusan duniawi. Sama seperti penurunan jumlah kursi yang dihasilkan perusahaan. Semakin banyak harta yang dikejar, semakin jauh diri kita sama Yang Maha Kuasa.

Nah, mulai dari sekarang syukuri apa yang udah kita miliki. Jangan hanya karena gengsi, kita jadi beradu kekayaan satu sama lain. Gak ada gunanya, yang ada malah uang kita terbuang sia-sia. Kalau aku sih mending buat beli buku Mikroekonomi, hehe :)