The King's Speech

Liburan akhir semester tiga ini udah lama aku tunggu-tunggu. Kebayang kan gimana rasanya terlepas dari semua beban semester mematikan itu. Awalnya sempat bingung mau ngapain liburan di kampung halaman selama 3 minggu. Gak terlalu singkat juga gak terlalu panjang. Tapi biarkan berjalan aja lah, kalo ada sesuatu yang seru ntar ikut ngrasain juga kan.

Eh benar aja. Baru nyampe di Semarang langsung diajak jalan-jalan ma Icha. Asek! Secara udah kangen banget sama temenku satu ini. Langsung kepikir deh nonton bareng. Trus coba-coba cari list film dari website cinema 21 dan nemu film yang keliatannya bagus. Ya udah deh, akhirnya nonton bareng lah acara jalan-jalan kita berdua.

Nah sekarang aku mau review film yang aku tonton sama Icha: The King’s Speech. THIS IS GORGEOUS. Gak heran dong dapat 12 nominasi Academy Award.

Jadi film ini berdasarkan kisah nyata dari kehidupan kerajaan di monarki Inggris. Ceritanya King George V, seorang raja Inggris yang berkuasa di abad 20 hingga awal abad 21, sudah bermumur sangat tua dan merasa tak mampu lagi meneruskan tugasnya sebagai seorang raja. Akhirnya ajal menjemput King George V dan ia meneruskan tahtanya kepada putranya. Dari 2 putranya itu lah mulai muncul konflik. Putra pertamanya, David, ternyata akan menikahi seorang janda yang sedang dalam proses perceraian. Padahal dalam peraturan di kerajaan Inggris seorang raja tidak boleh beristri seorang janda.

Akhirnya David tidak bisa mengemban jabatan tersebut dan melimpahkannya ke Bertie, adiknya. Masalahnya si Bertie ini berbicara gagap. Jadi pas nonton ni film, aku ngerasa nemuin sosok Bertie di dalam diriku karena kadang aku juga berbicara gagap. Hahaha. Balik lagi ke film, karena keinginannya yang kuat untuk menjadi seorang raja dengan jabatan King George VI, si Bertie ini berusaha mati-matian cari terapis yang bisa nyembuhin kegagapannya. Dan ia menemukan Dr. Lionel Ligue. Dr Lionel ini dari awal nganggap hubungannya dengan Bertie adalah hubungan pertemanan bukan hubungan antara dokter dan pasien. Jadi mereka menjadi cepat akrab.

Dari pendekatan terapi Lionel yang bersifat informal itu, pelan-pelan Bertie bisa sembuh dan merasa harus berperan penting dalam negaranya di tengah krisis Eropa akibat invansi Jerman. Bertie dan Lionel tetap menjadi sahabat hingga akhir usia mereka. Sigh! Lambang persahabatan sejati banget gak sih. Pas banget momennya nonton sama Icha. Hahaha.

Dan aku beri rate ni film 4,5 dari 5. Sukses dah!

No comments:

Post a Comment